Senin, 04 Februari 2013

Buku Jepang Kuno - ( CERPEN )

hai..??kali ini Yunis buat cerpen baru. cerpen ini Yunis persembahkan buat teman sekelasku DEARA. Semoga bisa buat kalian terhibur..



                                                               Buku Jepang Kuno
Namaku Areyn, masih kelas 7 di SMP Kencana Dua.aku punya 5 sahabat yang hebat, penuh pengalaman yang menakjubkan saat bersama mereka aku .salah satu dari mereka adalah Bella,Sang kolektor Barbie yang saat ini koleksi barbienya baru 51. Yang kedua yaitu Reza yang sibuk sendiri dengan eksperimen baru yang ia temukan. Ketiga Rizal, si raja gombal di sekolah dan suka main logika, kerjaannya dikelas kalo nggak ngerjain tugas paling cuma mempraktekkan gombalan barunya. Keempat yaitu Savira biasa dipanggil Caca Einsten, memang cukup aneh di telinga kita, dia sang ahli rumus fisika dikelas. Oleh karena itu dia dijuluki Caca Einsten oleh teman-teman. Yang terakhir atau yang kelima yaitu Ayu, seorang khothot atau ahli kaligrafi disekolah yang pialanya sudah satu lemari. Dia adalah salah seorang murid yang rajin sholat dhuha setiap pagi di musholla sekolah. Dan 23 kaligrafinya menghiasi Musholla sekolah.
“Areyn!” suara Bella terdengar dua meter dari daun telingaku. “ya! Ada apa Bell??” sahutku.“eh,ada kabar bagus lho.. kata Pak Agus, minggu depan ada lomba Berkemah Kreasi Mandiri di hutan kerapu selatan kota!” kata Bella sambil menunjukkan Brosur. “enggak ah! Aku males kalau ikut lomba yang ada kaitaannya sama P.R.A.M.U.K .A” jawabku sambil mengeja. “enggak kok Reyn.. ini gak ada kaitannya sama sekali sama PRAMUKA, kata Pak Agus. Ini cuma lomba berkemah biasa tetapi ada game dan uji nyali untuk mengembangkan potensi siswa seusia kita!” jelas Bella. “ohh.. iya deh aku mau ikut! Kita ajak Reza,Ayu,Rizal,Caca yuk?? Biar tambah seru!” jawabku. “boleh, kan batas maksimal anggotanya sampai 7 orang, jadi masih ada kesempatan buat itu!” tegas Bella.
Sampai dikelas, aku dan Bella memberitahu Reza, Caca, Ayu, dan Rizal. Dan mereka juka ingin ikut lomba itu. “hmmm rasanya aku sudah enggak sabar pengen ikut lomba itu, pengen cepet-cepet ada dihari itu” harapku dalam hati.
Minggu Lomba telah tiba,tinggal tiga hari lagi lomba itu diselenggarakan. Setelah jam istirahat, kami berenam (aku,Caca,Bella,Ayu,Rizal,danReza) dipanggil oleh Pak Agus ke ruang Guru untuk merencanakan sekaligus mempersiapkan lomba Berkemah yang akan dilaksanakan tiga hari lagi.
Lomba sudah tiba, aku,Ayu,Savira,Bella,Rizal,dan Reza mendapat urutan kelompok 2 yang terdiri dari 1 tenda besar yang berdinding satu dan berpintu 2. Ibu Mira yang bertugas sebagai pendamping wanita,bersama aku,Ayu,Bella dan Caca di ruangan tenda sebelah selatan. Pak Agus, Reza,dan Rizal di ruangan tenda sebelah utara. Kami pun terlelap padab tenda itu.
Pagi buta, kami semua dibangunkan oleh bapak ibu guru pendamping. Untuk sholat,mandi dan bersih-bersih tenda.Kami pergi bersama menuju sungai dekat hutan untuk mandi dengan didampingi Bapak Ibu Guru pendamping. “aduh Ja!! Disini enggak ada WC umum ya??” Rizal merengek pada Reza. “ ya nggak ada lah Zal.. masa dihutan gini ada WC umum? Aneh aneh aja kamu tuh! Hehe,, takut ya??” Kata reza sambil tertawa kecil. “eng,,enggak kok! Sapa yang takut? aa,,aku Cuma pengen mandi disana..” kata Rizal sambil senyum kecil ketakutan. “aduh Zal,,!! Mandi disungai aja kenapa sih? Gengsi?” kata Bella. “sapa juga yang gengsi? Aku Cuma haaaaaaaaaaaaaaa!!!! Hantu!!” teriak rizal. Ayu menakut nakuti Rizal dengan meletakkan senter merahnya di bawah dagunya. “hahahha,, penakut!” kata ayu sambil meringis. “udah udah! Diam sebentar kenapa?? Sekarang kan masih petang,kalo kesasar gimana??” bentak Caca. Dan semuanya pun terdiam.
Setelah upacara pembukaan, kami langsung pergi ke lokasi dimana kami akan melakukan game seperti mencari harta karun, akan tetapi game ini mencari Kayu yang bertuliskan kata Bisa.
Kelompok kami pun berjalan menyusuri jalan setapak dan mencari petunjuk arah jalan.“ hey .. lihat itu! Seseorang meninggalkan buku tebal itu di hutan ini! Coba kita lihat apa isinya…” teriak Ayu sambil menunjukkan telunjuknya kearah buku yang berada diatas sisa kayu yang sudah ditebang. “ayo kita lihat! Siapa tahu itu milik Einsten yang didalamnya ada rumus fisika yang lengkap dan kita bisa mengerjakan PR Fisika dari Bu Ros dengan benar!” Seru Caca. “ ah! Ya gak mungkinlah kalo Einsten pergi ke Indonesia Ca..! kalo emang pergi ke Indonesia,kita semua paling udah mahir fisika, nah! Kita?? Rumus Massa jenis aja enggak hafal!” jawab bella dengan lengkap. “mustahil ada orang yang meninggalkan buku setebal ini disini, atau mungkin aja ada orang zaman penjajahan Jepang atau Belanda di wilayah Indonesia ini yang meninggalkan buku ini disini!” Rizal memakai logikanya. “hmmm… aneh nggak??” sambungku. “ayo kita buka!” suruh Bella.”tunggu! biar aku yang buka, siapa tau ini isinya bom! Hehe” cegah Reza sambil tersenyum kecil. “bilang aja kalau mau buka! Enggak usah pake gitu segala” Sewot Bella sambil memalingkan wajahnnya.
Lalu Reza mengambil Kunci yang berada di atas buku itu dan membukanya. Isinya sebuah gambar pemandangan gunung dan sawah. Tapi dibalik gambar itu ada gambar yang menggambarkan Indonesia pada Penjajahan Jepang dulu. Dibuku itu pula terdapat gambar yang menceritakan penyiksaan warga Indonesia pada zaman itu. Di akhir buku itu terdapat kata yang berbahasa Jepang, lalu mereka semua membacanya.“WATASHI WA KONO MONOGATARI NI DE SHUTOKU SHITAI. WATASHI WA KONO JITEN IKITAI. WATASHI WA KONO JITEN DE INDONESHIA HŌHŌ O MITE MITAI. WATAKUSHIHA NO TAME NI IKITAI TO OMOTTA JIKAN.IMA!!!!!!” mereka membacanya dengan serentak. Lalu tiba-tiba mereka masuk dalam buku itu,tanpa mereka sadari mereka telah membaca mantra yang ada di dalam buku itu.
“kita ada dimana?? Sepertinya mereka warga sini ya?? Itu tentara jepang seperti yang ada di gambar buku itu kan??” Tanya Caca pada Bella dengan raut wajah ketakutan.”iya Ca! sama persis seperti yang ada di buku itu!” seru Bella. “saat ini kita sedang berada dalam dimensi lain,dan ini cukup menantang nyali kita!” Rizal kembali mengeluarkan logikanya. “waahh… menantang nyali??? Waw keren nih, kayak di Film! Asik..” seru aku. Reza mendekat ke hamparan sawah di depan kami. “Tanaman padi ini tidak mengandung Pestisida, padahal petani kan memakai pestisida untuk menghindari hama kan?? Tapi tanaman ini masih subur dan tak ada ciri-ciri terkena penyakit, mungkin kita masuk pada masa penjajahan Jepang seperti apa yang dikatakan Rizal, dimana pada masa ini masih belum ditemukan cairan pestisida” jelas Reza. “berarti kita telah masuk pada gambar yang ada di buku itu kan??” Tanya Ayu. “benar sekali Yu, kemungkinan sih begitu” jawabku. “kalau memang kita masuk pada gambar di buku itu, lebih baik kita berjalan saja untuk mencari jalan keluarnya” tegas Bella. “benar kata Bella, kita harus pergi dari sini!” sambung Caca.
Kami terus berjalan dengan tak tahu arah tujuan. “kita sudah 12 menit di sini!” kata Rizal sambil menoleh ke jam tangannya. “benar, kita sudah lama disini” ujar Reza. “huhuhu aku pengen pulang!” aku merengek. Bella terlihat sedih dan memeluk boneka Barbienya. Sedangkan ayu sedang sibuk berdzikir. Lain dengan Caca yang sedang sibuk mengerjakan rumus fisika karangannya yang tak ada hubungannya sama sekali dengan masalah ini.
Kami duduk diatas batu besar dekat pohon mahoni, semua tertunduk cemas. “lihat! Apa itu?? Mereka semua diseret secara paksa oleh tentara Jepang itu!” teriak Reza melihat peristiwa itu. “Astaghfirullahal’adzim!” kata Ayu. “kasihan sekali mereka,sepertinya mereka yang diseret itu adalah penduduk Indonesia ya??”kata Caca dengan pelan.”iya benar! Sepertinya ketuanya itu adalah Deandles! Ketua pembuat jalan Anyer-Panarukan seperti yang dikatakan Pak Wawan!” seru Bella sambil mengingat pelajaran IPS. “ya benar!” jawabku. “kita disini sudah 20 menit” kata Rizal. “ayo! Kita pergi dari tempat ini dulu! Kita ikuti mereka!” ajak Reza.
Tanpa mereka sadari, kami telah mengikuti mereka dari belakang dengan jarak yang cukup dekat. Ayu melihat warga Indonesia yang diseret tentara Jepang akan dicambuk menggunakan cambuk yang berduri. “hey!! Jangan lakukan itu pada mereka!” teriak Ayu pada salah seorang tentara Jepang. Akan tetapi mereka sama sekali tak mendengar teriakan Ayu, mereka tak melihat keberadaan Ayu. “kita tak terlihat disini, kita kan berada di dimensi lain. Kita seperti bayangan semu yang hanya menonton teatrikal Penjajahan Jepang di Indonesia pada zaman lalu” ujar Rizal. “gini nih kalo kebanyakan nonton film horror, jadi kayak hantu beneran nih jadinya..!” kataku. “Reyn! Kamu ada ada saja! Kita bukan hantu tauk!” Bella memarahiku. “hehe.. iya maaf!”ujarku dengan tertawa kecil.
“mau dibawa kemana mereka??” bisik Bella. “sepertinya mereka akan dimasukkan ke kereta itu deh!” balas Caca dengan pelan. “itu bukan kereta,tapi gerbong. seperti yang ada di ceritanya Gerbong Maut, mungkin pada saat inilah peristiwa gerbong maut terjadi”.kata Ayu. Jangan bisik-bisik mulu ah! Enggak perlu khawatir kedengeran mereka, kita kan hantu.. eh maaf gak kedengeran maksudnya.” Jawabku. “hmm.. iya aku lupa!” sahut Bella. “Sekarang kita sudah 26 menit disini, jangan sampe kita tinggal disini selamanya!” kata Reza sambil melihat jam tangan hitamnya. “ kita tidak mau kan disini selamanya??” Caca ketakutan. “tenang Ca, kita pasti akan keluar dari sini, kita pasti bisa! Ayo sekarang kita jalan ke arah utara!” ajak Ayu sambil menenangkan Caca.
Kami berjalan ke jalan yang kami tak tahu kemana tujuannya. “hummm.. kita istirahat disini saja!” ajak Rizal. “ide bagus tuh Zal!” sahutku. Kami semua berteduh dibawa pohon yang sangat tinggi sambil memakan bekal kami. “haha.. Jangan kebanyakan makannya Za,, tuh sampe penuh mulutmu.. nanti bisa operasi lemak lho Za..” Bella menakut-nakuti Reza. “ah.. jangan gitu dong Bell.. iy deh aku mau kurus aja dan makan secukupnya.!” Reza merengek. “udah, ayo cepat habiskan! Sebentarlagi kita jalan lagi!” Rizal membentak. Semuanya pun terdiam serentak mendengar perkataan Rizal, Rizal emang jago marah-marah.
Setelah menghabiskan bekal, kami terus berjalan. “ kita sudah 47 menit disini, bagaimana kalau nanti Pak Agus dan Bu Mira mencari kita?? Kasihan mereka!” Reza khawatir. “hey,, lihat!! Disana ada desa, kita bisa minta bantuan disana!”Caca gembira melihat desa di dimensi lain. “kamu lupa ya kalau kita tidak bisa dilihat oleh mereka??” sahutku. “hum iya benar” Caca sedih. Kami berjalan ke salah satu rumah penduduk tanpa ketahuan penghuninya. “diam! Sepertinya itu suara radio deh!” ujarku. Di radio itu terdengar proklamasi kemerdekaan dibacakan. Tiba-tiba semua orang berteriak MERDEKA! MERDEKA!... ada yang bersujud syukur ke arah barat. Ternyata ini merupakan gambaran dimana masa Indonesia merdeka. “yeeee,,, hidup Indonesia! Merdeka! Waaattaaaww!!” kami serentaak sambil berjingkrak jingkrak mengikuti para penduduk desa. “waahh.. ini toh waktu Indonesia merdeka, dibalik masalah ini juga ada hikmahnya ya?? Kita bisa tau perjalanan Indonesia merdeka..” Caca mulai tenang. “kita sudah 55 menit disini!” kata Reza. “ Ohh tidak! Jika kita sampai satu jam,kemungkinan kita tak bisa keluar dari dimensi ini!” Rizal panik. “kita pasti keluar dari dimensi ini, kita tidak dilahirkan disini, jadi kita pasti akan keluar dari sini!” Bella menjelaskan. “iya, itu benar” kata Ayu.
Kini waktu kami tinggal satu menit lagi. Semuanya memejamkan mata sambil memegang tangan teman sebelah membentuk lingkaran. Kami memejamkan mata sambil mengharapkan sesuatu, yaitu mengharapkan untuk kembali ke dimensi semula. Semua berdo’a dan berharap. Sampai waktunya tiba satu jam. Sszzuwwwtttszzztt….
Mata kami terbuka serentak melihat buku itu berada di hadapan kami, melihat tempat yang sebelumnya kami lihata, yaitu melihat dimensi kami sendiri. Kami semua gembira, dan melanjutkan perjalanan mencari kayu yang bertuliskan BISA!.
“ ini benar bumi kan??” Tanya Caca seolah tak percaya. “iya Ca, kita sudah mendrat di bumi, hehe..” jawabku sambil menghibur Caca.
Setelah jalan lurus melewati pohon jati, kami melihat bendera merah yang artinya sudah hampir menuju lokasi penempatan kayu. Dan kami pun mengambil 5 bendera merah yang menuju kea rah kayu, untunglah selama satu jam masih belum ada kelompok yang menemukan kayu balok itu. Dan akhirnya kami menemukannya. “itu dia kayunya! Ambil Yu!” teriak Bella pada Ayu. Ayu mengambilnya dan akan membawanya kembali ke pos pertama. Kami berada dibelakang Ayu sambil berteriak karena saking senangnya. “HOreeee kita dapat!” teriak Rizal. “yeee.. kita Juara!” teriak Caca. “diam sedikit dong,nanti telingaku budek setengah” canda Ayu. Semuanya tertawa girang.
Sampai di pos, terlihat wajah Pak Agus dan Bu mira tampak gembira, “penuh bunga di sekitar wajah Bu Mira,ooohh tampak indah” Rizal meluncurkan Gombalan terbarunya. “Sungguh Ce…” Rizal terputus. “cetar membahana badai! Hahahaha” sambung Ayu.
Akhirnya ,kami mendapat juara pada lomba itu, dan mendapatkan hal yang baru pada hidup kami. Melihat Indonesia dijajah yang sampai akhirnya merdeka! Menguras tenaga karena kepanikan, sungguh pengalaman yang menakjubkan bersama teman-temanku.Buku Jepang Kuno yang kami temukan,kami simpan di dalam lemari kaca kantor sekolah.TAMAT
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Followers

Followers

style="display:scroll; position:fixed; top:260px; left:-6px;" class="linkopacity" href="https://www.facebook.com/rima.shafira.7?ref=tn_tnmn" target="_blank" rel="nofollow" title="Add aku yaa :)" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> border="0"src="http://i239.photobucket.com/albums/ff304/cxoluvme/facebook_32.png"/ class="linkopacity" href="https://twitter.com/@rico_reynard" target="_blank" rel="nofollow" title="jangan lupa follow aku di Twitter.pasti aku follback" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> href="http://yuniska27.blogspot.com/" target="_blank" rel="nofollow" title="Newslater" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"